Kehangatan di Dieng Culture Festival5
Semua ini terjadi ketika saya
mencoba untuk share cost dan saya floorkan ke twitter, terrnyata banyak yang
berminat untuk mengikuti DCF5, terkumpullah 15 orang termasuk saya, per orang
hanya membayar Rp110.000,00 sudah mendapatkan homestay dan elf. Peertemuan ini
berawal di alun-alun wonosobo yang menjadi tempat meeting point peserta, semua
belum kenal satu sama lain terkecuali
yang datang dengan teman-temannya. Ketika semua sudah siap, kami pun berangkat
menuju dieng 30 agustus 2014. Sesampainya kami di dieng langsung bisa menempati
homestay yang sebelumnya telah saya booking untuk teman-teman. Homestaynya
cukup dekat dengan indomart dan komplek candi sehingga memudahkan kami menuju
tempat prosesi berlangsung.
Di hari pertama yaitu tanggal 30
Agustus 2014, kami masih bisa bersantai-santai pada siang harinya, karena kami
tidak mengikuti acara yang sudah disiapkan panitia DCF5 dari pagi. Seluruh
peserta memilih untuk beristirahat di homestay, ketika ada yang merasa lapar
kami semua sepakat untuk makan, kami makanan khas wonosobo yaitu mie ongklok.
Porsinya mangkok kecil tapi sedikit mengenyangkan bagi saya, entah untuk yang
lain hehe.Selesai makan kami kembali ke homestay untuk beres-beres barang
bawaan dan mandi, and you know? Air di dieng itu sangat dingin, sehingga
beberapa dari peserta memilih untuk tidak mandi karena tidak tahan dengan
airnya.
Malam harinya, kami mulai bersiap
untuk mengikuti acara bakar jagung, menerbangkan lampion dan menyaksikan JAA
(Jazz Atas Awan). Acaranya begitu meriah, tumpahlah manusia disana, terlihat
dari suasana disana yang riuh, dan disetiap acara yang sedang berlangsung ramai
dan untungnya tertib. Saya dan beberapa teman saya mengambil kelas VIP, tapi
kelas VIP hanyalah namanya saja, tetap saja saya dan teman-teman saya
menyaksikan JAA dari jauh, tidak pada tempatnya. Saya dan teman saya merasa
jenuh melihat JAA, kami berjalan untuk menyalakan lampion dan menerbangkannya.
Ternyata acara lampionnya begitu ramai, banyak anak-anak muda dari yang bersama
pacar dan keluarga semuanya antusias untuk menerbangkan lampion.
Saat menerbangkan lampion, saya melihat ada beberapa orang yang
menulis harapan mereka di secarik kertas dan diterbangkan bersama lampion
mereka, saya juga memiliki harapan, namun tidak sempat saya menempelkannya di
lampion, hanya saja cukup disebut dalam hati, ah lampion itu romantis ketika
bisa diterbangkan dengan kekasih hati...
setelah kami semua selesai menerbangkan lampion, kami berjalan menuju
JAA menjemput teman-teman yang lain, tapi mereka susah untuk dihubungi dan
sinyal di dieng pada saat itu jelek sekali, tidak seperti hari-hari biasanya.
Akhirnya kami berlima memutuskan untuk berhenti sejenak menyaksikan kembang api
yang dinyalakan olrh panitia, kembang api ini berlangsung selama dua menit,
kembang apinya indah sekali membuat mata penonton tertuju pada kembang api, dan
aku berbisik pada kak uci “seandainya disini aku bisa sama dia, indah ya
kak...liat kembang api ini, disuhu yang begitu dingin, andai saja semuanya
masih sama...” kak uci adalah salah satu peserta yang ikut sharecost ini. Dia
memeluk dan untung saja saya tidak meneteskan air mata.
Setelah semua merasa lelah,
diputuskan untuk membeli minum yang disediakan diwarung-warung yang berada
disekitar pelataran candi, beberapa dari kami memilih purwaceng, saya mencoba
dan itu rasanya aneh tapi cukup untuk menghangatkan badan. Purwaceng itu
minuman khas dari dieng, siapapun bisa membelinya di dieng karena banyak yang
menjualnya. Semua sudah lelah dan kami semua kembali ke homestay, berkumpullah
kami disana, muka-muka baru, sifat yang bermacam-macam namun akhirnya membaur
menjadi satu. Bercanda, bersenda gurau hingga larut malam saking asyiknya kami
semua tertawa hingga lupa waktu, kami pun tidak lupa untuk ber-selfie ria,
semuanya begitu menyenangkan hingga lupa dengan galau.
Keesokan harinya kami bersiap-siap
untuk menyaksikan puncak acara dari DCF5 ini,yaitu pemotongan rambut gimbal.
Dieng kembali dipenuhi dengan lautan manusia yang membuat saya malas. Crowded
sekali, rasanya ingin diam saja di homestay, tapi akhirnya saya urungkan niat
untuk melihatnya. Dari pencucian rambut gimbal, yang disaksikan oleh bapak
Bupati Banjarnegara beserta jajarannya dan tak lupa diliput oleh Roby Purba
actrees as traveler. Semuanya berjalan dengan khitmat, setelah selesai
pencucian rambut, anak-anak gimbal diiring menuju candi untuk dipotong
rambutnya, sebelum rambut mereka dipotong orang tua dari masing-masing anak
yang akan diruwat harus menuruti permintaan anak tersebut supaya anak tersebut
jauh dari penyakit dll. Anak-anak yang akan dipotong rambutnya terlihat
gembira, cukup dikasih permen mereka bisa duduk tenang ditempat yang sudah
disediakan. Belum acara selesai, saya dan teman saya, kak ade namanya. Memilih
untuk kembali ke homestay untuk packing karena homestay pukul 12.00 sudah harus
dikosongkan.
Ternyata di homestay sudah banyak
peserta yang lain sedang mengepack barangnya, mereka yang tidak ikut melihat
prosesi dikarenakan malas untuk berdesak-desakan dengan manusia lainnya,
kemudian tidak lama dari itu satu persatu peserta mulai kembali ke homestay dan
juga membereskan barang-barang mereka. Sebelum kami semua berpisah, kami
menyempatkan untuk foto bersama. Meskipun hanya 2hari 1malam saya menemukan
teman baru, keluarga baru yang menyenangkan. Terimakasih kalian semua, Kak uci,
Kak Arum, Opa Daan, Deddy, Mas Syaiful, Om Indra, Athifa, Chlara, Kak Arum2,
Kak Ade, Kak Rahma, Kak Mildan, Kak Tasya, dan Kak Deli. Semoga kita bertemu
lagi di trip-trip selanjutnya ya J
Komentar
Posting Komentar